Sunday, April 6, 2014

PEMILIH PEMULA CERDAS SUKSESKAN PEMILU 2014

PEMILIH PEMULA CERDAS SUKSESKAN PEMILU 2014

Pilihan politik itu harus bagus dan rasional
Jean Baechler;2001;49
PENGANTAR
Apa yang dikatakan Baechler bahwa ‘pilihan politik itu harus bagus dan rasional’ sangat relevan untuk dipraktekkan bagi pemilih pemula pada pemilihan umum 2014. Dikatakan relevan, karena kelompok pemilih pemula untuk pertama kalinya menggunakan hak politiknya dalam pesta demokrasi. Oleh karena itu, sangatlah diharapkan apabila pilihan politik yang pertama itu digunakan secara cerdas dan kritis dalam memilih kandidat atau partai politik1.
Semangat kritis para pemilih pemula dalam menentukan pilihan politiknya pada pemilu 2014 diperlukan dalam memberikan pelajaran kepada kandidat maupun partai politik, yang selama ini memiliki kinerja buruk, asyik mementingkan dirinya, tidak pro rakyat. Jiwa kritis pemilih pemula dalam memilih merupakan modal penting dalam menghukum para politisi dan partai politik pada pemilu 2014. Hukuman untuk tidak memilih politisi dan partai politik yang tidak pro rakyat merupakan jawaban atas kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja partai, pemimpin dan elit politik.
Kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai politik tidak hanya di Indonesia tetapi juga di temukan di amerika serikat dan inggris. Implikasi dari kekecewaan itu adalah pertama, menurunnya kepercayaan pemilih terhadap elit politik partai. Kedua, kandidat yang di tawarkan partai politik tidak sesuai dengan harapan masyarakat pemilih. Tidak hanya itu, sebagian mahasiswa universitas California pada tahun 1998 menyebutkan hanya 27 persen yang merasa penting untuk mengikuti masalah-masalah politik. Sementara mahasiswa di inggris, menyebutkan hanya 60-75 persen ‘tidak tertarik’ atau ‘tidak terlalu tertarik’ dengan kegiatan politik2.
Data di atas  menunjukan sikap kritis para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai politik. Kinerja yang buruk akan di lawan dengan sikap kritis oleh kaum muda. Sifat kritis ini perlu di tumbuh-kembangkan dalam tubuh pemilih pemula. Ujung ahir dari sikap kritis tersebut bermuara pada pilihan yang cerdas dan berkwalitas pada pemilu 2014.
Pemilih pemula siapa dia?
Secara politik , pemilih pemula selalu menjadi incaran partai politik dalam setiap perhelatan akabar lima tahun. Hal ini bias di pahami Karena :
Pemilih muda atau pemilih pemula, merupakan potensi suara yang patut di pertimbangkan untuk di bidik oleh partai pada pemilu 2014. Kelompok ini belum mempunyai jangkauan politik yang cukup kuat sehingga membuka peluang yang sangat besaruntuk di rangkul oleh partai politik manapun3.
Ini mengisyaratkan betapa pentingnya eksistensi pemilih pemula ini bagai partai politik. Selain itu, pemilih pemula di gambarkan sebagai pemilih yang belum mengenal dunia politik. Dengan gambaran itu maka menjadi wajarlah apabila menjadi target parpol di pemilu 2014.
Pemilih pemula adalah golongan penduduk usia 17 tahun hingga 21 tahun namun ada definisi yang lain yaitu pemilih pemula adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Atau pemilih pemula ini adalah mereka yang baru akan mempunyai pengalaman pertama kali di dalam mencoblos pada pemilu 2014 4.
Point penting dari definisi di atas adalah menempatkan pemilih pemula sebagai pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Bila di ringkas akan berbunyi : pemilih pemula adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja muda yang berumur 17 tahun hingga 21 tahundan belum pernah ikut mencoblos dalam pemilu. Pemahaman ini senada dengan UU NO. 10 tahun 2008 tentang pemilu menyebutkan bahwa warga Negara yang sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah berhak ikut memilih (pasal 19 ayat 1).
Regulasi ini memberikan pijakan dan batasan tentang sosok pemilih pemula. Batasan ini melegalkan pemilih pemilu dalam pemilu. Senapas dengan itu bila di lihat animo pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu sangat tinggi. Sebagai contoh dalam jajak pendapat yang di lakukan kompas menyebutkan bentuk partisipasi apa yang ingin anda lakukan dalam pemilu mendatang? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada table 1.
Table 1
Bentuk partisipasi dalam pemilu mendatang
Kelompok Usia
Prosentase
Usia 17-21
86,4
Usia 22-29
81,3
Usia 30-40
81,6
Usia 40- Keatas
79,3
Kompas, 1 Desember 2008
Pemilih pemula dalam bingkai Demokrasi.
Jaminan hukum sebagaimana yang diatur dalam UU pemilu bukan lahir secara tiba-tiba. Tetapi, jaminan itu bisa di lacak dari Deklarasi Hak asasi manusia (HAM). Pasal 21 ayat 1 yang menyebutkan setiap orang mempunyai hak untuk memberikan andil dalam pemerintahan di negerinya masing-masing, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya yang di pilih secara bebas
Penjelasan ini di implementasikan dengan baik oleh pemerintah dengan memberikan ruang partisipasi bagi warga Negara yang sudah dewasa untuk memilih anggota parlemen maupun eksekutif.
Pemberian ruang partisipasi ini merupakan jaminan hak politik bagi seseorang. Di dalam system pemilu yang demokrasi pilihan politik seseorang di beri kebebasan untuk memilih yang sesuai dengan hati nurani. Atau dalam bahasa jhon locke : setiap orang mempunyai hak yang sama pada kebebasan memilih.  Jaminan kebebasan memilih di junjung tinggi dalam pemilu di dasari oleh pemikiran bahwa ada kesamaan hak memilih pemimpin atau para wakil rakyat merupakan roh demikrasi. Selain itu dalam system pemilu di kenal sisten one voice onevote satu orang satu suara. Artinya mendudukan kesamaan nilai dan bobot seseorang . jadi system pemilu yang demokrasi adalah memang benar-benar di arahkan benar-benar berorientasi kepada tegaknya kedaulatan Rakyat5.
Pemilih cerdas : tugas pemerintah dan KPU/D
Tugas pemerintah.
Secara sederhana ada tiga hal yang menjadi tugas pemerintah dalam membangun pemilih pemula yang cerdas pada pemula pemilu 2014, pemerintah perlu tegas dengan mengatakan pemberian suara/ memilih merupakan kewajiban. Adapun yang bisa di lakukan adalah pertama, pemerintah harus mewajibkan warganya untuk ikut serta dalam pemilu. Hal ini sudah lama di lakukan oleh Negara di Australia. Kedua, harus ada usaha mewajibkan orang-orang menggunakan hak-hak politik mereka dalam pemilu6.  Kedua hal ini sangat penting karena memahami politik adalah urusan public. Karena itu, setiap warga masyarakat wajib mendatangi bilik suara dan memberikan hak politiknya.  Sebagaimana jajak pendapat yang di lakukan oleh kompas pada pemilu 2009 yang lalu, jajak pendapat kompas menanyakan : Apa motivasi pemilih pemula untuk ikut dalam pemilu? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada tabel 2.
Tabel 2
Motivasi pemilih pemula ikut dalam pemilu 2009?
Indikator
prosentasi
Menunaikan kewajiban sebagai warga Negara
67,4
Memenangkan salah satu parpol
11,8
Ingin punya pengalaman
9
Sekedar ikut-ikutan
0,9
Lain-lain
8,6
Tidak tahu
2,3
Kompas, 1 Desember 2008
Dari tabel di atas sudah terbukti jika antusiasme pemilih pemula menggunakan hak politiknya pada pemilu menduduki peringkat pertama. Ini adalah fakta menarik. Tugas pemerintah selanjutnya adalah perlu menjamin bahwa pemilu 2014 akan berjalan sesuai dengan asas LUBER dan demokrasi. Dengan jaminan pemilu yang demikratis, di harapkan pemilih pemula menggunakan hak pilihnya secara baik.  Asumsinya adalah menggunakan hak lebih efektif untuk melakukan perubahan di bandingkan mengambil sikap golput. Dengan menjatuhkan pilihan secara tepat, pemilu sebenarnya adalah momentum harapan dimana merubah kontinuitas penguasa.


Ketiga, pengaturan media massa dalam pemilu 2014. Hal ini sangat penting di lakukan oleh pemerintah supaya bisa adil dan demokratis di dalam melakukan siaran publik. Ini perlu di lakukan karena pemilih pemula akan sangat di pengaruhi oleh isu-isu politik terkini dalam memberikan suara mereka pada pemilu 2014 , ketimbang memilih hanya berdasarkan atas perasaan setia atau loyalitas pada partai tertentu7. Karena jikalau tidak maka di khawatirkan pada pemilu 2014 partai politik akan berlomba-lomba menggunkan dan memanfaatkan pengguna media massa secara efektif untuk memperoleh suara pemilih pemula.
 
Tugas KPU/D
Selain tugas pemerintah, KPU/D juga memiliki tugas dalam membangun kesadaran politik pemilih pemula. Salah satu tugas KPU/D adalah melakukan sosialisasi dan pendidikan politik kepada pemilih pemula supaya mereka paham dengan politik dan mengerti soal pentingnya berpartisipasi aktif dalam pemilu 2014. Dengan harapan menghasilkan pemilih pemilu cerdas.
Selain itu, harus di adakannya program sosialisai dan pendidikan politik kepada pemilih pemula perlu terus di tingkatkan intensitasnya supaya masyarakat lebih cerdas di dalam menjatuhkan pilihannya.
Mengapa Demikian ? Pertama, pemantapan prosedur pendaftaran pemilih. Mengidentifikasi agar semua warga yang sudah berumur 17 tahun atau sebelum 17 tahun tetapi sudah menikah sudah mempunyai hak pilih. Kedua. Pemilih secara sukarela mendaftarkan diri kepada lembaga penyelenggara pemilu (KPU/D).  keaktifan semua warga untuk mendatangi lembaga penyelenggara pemilu 2014, artinya sebagai pemilih pemula harus memastikan ada namanya dalam daftar pemilihan umum.
Kedua, karena pemilih pemula sudah paham soal politik, termasuk pemilu yang akan di helat satu tahun ke depan. Bahkan pengetahuan mereka tidak jauh berbeda dengan pemilih lainnya yaitu kelompok tua8.
Ketiga, pemilih yang cerdas di harapkan akan melahirkan wakil-wakil rakyat dan pemimpin yang bertanggung jawab dalam kepentingan masyarakat9.
Pemilih pemula yang cerdas adalah merupakan gambaran yang di tuku karena di harapkan bias memberikan perubahan besar dalam pengisian pemimpin dan elit politik , baik di lembaga eksekutif ataupun legislative. Inila tugas berat yang harus di emban oleh KPU/D ke depan.

Dimana sososk pemilih pemuda yang cerdas sudah memiliki kapasitas intelektualitas yang ‘mumpuni’ dan mempunyai daya kritiis terhadap sososk dan kinerja partai politik
Tiga strategi menghadirkan pemilih cerdas.
Ø  Program dan figure
Pemilu 2014 merupakan ajang pembuktian bagi politisi dan elit pemerintahan di hadapan pemilihnya. Proses pembuktian yang di nanti-nantikan pemilih pemula adalah kinerja para politiisi dan elit  pemerintahan. Karena itu, pada pemilu kali ini mereka di tuntut untuk melaporkan apa yang telah di perbuat kepada pemilih selama menjadi elit pemerintahan. Pelaporan kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban yag paling esensial kepada pemilih. Pertanyaan adalah apa yang dilaporkan dan di pertanggung jawab kan ? jawabannya tidak lain adalah program-program yang pernah di tawarkan pada saat kampanye pemilu 2009. Dengan ini para politisi di katakana akuntabel bagi para pemilihnya. Artinya pemilih akan menilai bahwa mereka telah melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemilih ,dan kemudian memberikan kesempatan untuk duduk kembali pada pemilu berikutnya10.
Kesadaran seperti ini perlu di miliki oleh pemilih pemula. Dengan kesdaran politik yang tinggi para pemilih pemula diharapkan akan memperhatikan program dan melakukan penilaian yang kritis terhadap kompetisi masing-masing partai dan kandidiat dalam memecahkan permasalahan.
Kombinasi antara penilaian program dan penilaian program dan figure dalam menentukan pilihan politik pada pemilu 2014 merupakan kemajuan yang luar biasa. Dikatakn demikian karena pada pemilu 2009 para pemilih pemula sudah mulai merintis jalan ini. Artinya , dalam memberikan pilihan politiknya mereka sudah mempertimbangkan popularitas individu/parpol, persoalan visi-misi. Program dan janji-janji. Untuk jelasnya lihat tabel 3.
Tabel 3.
Pertimbangan dalam memilih partai politik
Indicator
Prosentase
Visi-misi, program dan janji-janji parpol
16,26
Citra tokoh partai dan lembaga partai politik
37,43
Alas an-alasan pragmatis
24,93
Alasan lain
14,23
Tidak menjawab
6,64
Kompas, 1 Desember 2011
Pemilu 2014 sebagai arena menghukum politisi.
Strategi kedua yang perlu di lalakukan dalam mengahdirkan pemilih yang cerds adalah menjadi pemilu sebagai arena menghukum politisi politik. Momentumnya adalah dengan menggunkan pemilu 2014 sebagai waktu yang paling tepat untuk menghukum partai dan politisinya yang selama ini bermain-main dengan nasib rakyat. Karena itu, salah satu tugas mulia para pemilih pemula adalah menggunakan hak pilihnya secara  cerdas dan kritis. Pilihan cerdas dan kritis digunakan untuk tidak memilih politisi dan parti politik yang tidak pro dengan rakyat. Hal ini menjadi pentng karena mereka sangat berkuasa penuh dalam menentukan siapa politisi atau partai yang layak di naikkan kepanggung kekuasaan, atau sebaliknya di depak dari kursi eksekutif dan legislative 11.hal ini menjadi kekuasaan pemilih pemula dengan cara menjatuhkan pilihan politiknya ke figure dan partai politik yang benr-benar menyalurkan aspirasi Rakyat. Pada tataran yang lebih kongrit , kita sering mendengar bagaimana massa menghukum partai tertentu dengan mengalihkan pilihan politiknya ke partai lain.
Politisi Busuk
Strategi terahir yang perlu dilakukan adalah memasifkan gerakan atau kampanye anti politisi busuk dalan pemilu 2014. Hal ini menjadi penting karenan gerakan politisi busuk ini amat relevan dalam system pemilu yang berorientasi pada kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Karena itu, pemilih pemula sangat d anjurkan untuk menandai nama kandidat yang termasuk kategari politisi busuk. Daya kritis pemilih pemula sangat di anjurkan supaya pemilih 2014 sangat berkualitas.
Dan pelacakan literature di temukan enam tujuan dari gerakan politisi busuk ini adalah Kertama, sebagai gerakan moral, sikap kritis terhadap politisi mencerminkan kesadaran dan kepekaan mendasar yang amat diperlukan dalam menyongsong pemilu 2014. Kedua , para politisi busuk harus dienyahkan dari pilihan mereka yang terlibat korupsi, melakukan kejahatan hak asasi manusia,merusak lingkungan hidup, melkaukan kekerasan terhadap perempuan, dan menyalahgunkan narkoba12.
Ketiga, dalam jangka panjang gerakan ini meningkatkan tekanan kepada parpol untuk tdak asal comot dalam menominasikan kandidat. Seejauhini, proses seleksi calon senantiasa dikaitkan dengan kepentingan mencari dana politik dan orang-orangang yang loyal terhadap pmpinan partai sehingga mengabaikan proses demokrasi, mutu, dan standar integritas moral
Dengan kata lain, berakan politisi busuk mendorong demokratisasi internal dan transparasi dalam pemilu partai guna menghindari terjadi korupsi politik dalam bentuk membeli kandidat, yang mendistorsi partai menjadi kendaraan segelintir orang berduit.
Keempat, membangun kesadaran kritis partai untuk keluar dari pilihan-pilihan ynag bersifat irasional-komunal, tetapi berdasar ukuran masuk akal seperti riwayat perilaku, inerja, afiliasi kepentingan, sdan sebagaimanya. Selama ini pemilih dan konstituen senantiasa menjadi korban mobilisasi parpol sehingga tidak kritis lagi terhadap kinerja parpol.
Kelima, dibandingkan dengan menjadi golput, gerakan ini lebih mendidik pemilih. Minimal tidak hanya membangun sikap apripori tehadap partai atau pemilih 2014. Harus diyakini, tidak ada partai sempurna, tidan semuakandidat partai politik itu busuk 13.
Keenam, gerakan antipolitisi busuk bukan sekedar mencegah masuknya politisi busuk, tetapi juga untuk menghalangi pembusukan politik. Pembusukan politik dalm lembag politik yang baru lahir dan tumbuh, sama dengan memberi racun kepada tanaman. Akibatnya, bukan hanya kematian begi lembaga-lembaga demokrasi, tetap kehancuran legitimasi penyelenggaraan Negara14.
PENUTUPAN.
Menuju pemilu berkualitas.
Bertitik tolak pada alur argumenta di atas maka sudah di pastikan bahwa pemilu 2014 akan berkualitas. Kualitas pemilunya akan ditentukan pemilih pemula dalam memberikan hak politiknya. Secara substansi ada emapat tolak ukur yang bisa dipakai dan menentukan kualitas pemilu 2014. Pertama, pemilih pemula yang terdidik dan berwawasan luas berharap supaya elit dan lembaga politik yany ada mampu memenuhi harapan mereka. Kedua, pemilih pemula yang akan memberikan hak politiknya pada pemilu 2014 merupakan pemilih rasional. Berdasarkan proses evaluasi terhadap kinerja maupun tokoh yang di sodorkan oleh parpol untuk memberikanmanfaat bagi kehidupannya, dan sendirinya mereka akan berpartisipasi pada pemilu. Ketiga, pemilih pemula memandang penggunaan hak politiknya akan memberikan manfaat bagi kehidupannya, dengan sendirinya mereka akan berpartisipasi dalam pemilu .Kempat, pemilih pemula merupakan salah satu komoditas politik, tentu saja untuk menarik suara kelompok ini, organisasi parpol harus memberi perhtaian yang cukup dengan persoalan-persoalan yang mereka hadapi15. Semoga.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Muhtar, H.2012.peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam pemilu 2014.makalah di sajikan dalam seminar Nasional. Bem Universitas Brawijaya, Malang 30 Oktober 
  2. Keith faulks, sosiologi politik: suatu pengantar kritis, Bandung: Nusamedia, 2010. Hlm.23 
  3. David Beetham dan kevin Boyle, Demokrasi 80 Tanya Jawab. Jogjakarta:Kanisius, 2000. Hlm.75 
  4. M asfar, Esai-esai seputar pemilu 2004.surabaya:Eureka dan pusdemham, 2005.hlm.40 
  5. Riswanda Irawan, Anslisis Hasil pemilu 1992 di Indonesia, Jogjakarta: fisipol-UGM, 2003.hlm.61 
  6. Indra pilian “politisi busuk dan pembusukan politik” kompas, 1 Desember 2008 hlm.4&11.

0 comments:

Post a Comment

Silakan Berkomentar sesuka Hati Anda Demi Kelancaran Kami Membangun Blog Ini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

BERJALAN MENDAKI GUNUNG EVEREST, TERTATIH BERJALAN DI GURUN SAHARA, BERLAYAR MENYEBRANGI LAUTAN HINDIA,HANYA UNTUK MELIHAT RESTANA'S BLOG