PEMILIH
PEMULA CERDAS SUKSESKAN PEMILU 2014
Pilihan politik itu harus bagus dan rasional
Jean Baechler;2001;49
PENGANTAR
Apa yang dikatakan Baechler bahwa ‘pilihan politik itu harus
bagus dan rasional’ sangat relevan untuk dipraktekkan bagi pemilih pemula
pada pemilihan umum 2014. Dikatakan relevan, karena kelompok pemilih pemula
untuk pertama kalinya menggunakan hak politiknya dalam pesta demokrasi. Oleh
karena itu, sangatlah diharapkan apabila pilihan politik yang pertama itu
digunakan secara cerdas dan kritis dalam memilih kandidat atau partai politik1.
Semangat kritis para pemilih pemula dalam menentukan pilihan
politiknya pada pemilu 2014 diperlukan dalam memberikan pelajaran kepada
kandidat maupun partai politik, yang selama ini memiliki kinerja buruk, asyik
mementingkan dirinya, tidak pro rakyat. Jiwa kritis pemilih pemula dalam
memilih merupakan modal penting dalam menghukum para politisi dan partai
politik pada pemilu 2014. Hukuman untuk tidak memilih politisi dan partai
politik yang tidak pro rakyat merupakan jawaban atas kekecewaan para pemilih
pemula terhadap kinerja partai, pemimpin dan elit politik.
Kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai
politik tidak hanya di Indonesia tetapi juga di temukan di amerika serikat dan
inggris. Implikasi dari kekecewaan itu adalah pertama, menurunnya
kepercayaan pemilih terhadap elit politik partai. Kedua, kandidat yang
di tawarkan partai politik tidak sesuai dengan harapan masyarakat pemilih.
Tidak hanya itu, sebagian mahasiswa universitas California pada tahun 1998
menyebutkan hanya 27 persen yang merasa penting untuk mengikuti masalah-masalah
politik. Sementara mahasiswa di inggris, menyebutkan hanya 60-75 persen ‘tidak
tertarik’ atau ‘tidak terlalu tertarik’ dengan kegiatan politik2.
Data
di atas menunjukan sikap kritis para
pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai politik. Kinerja yang buruk
akan di lawan dengan sikap kritis oleh kaum muda. Sifat kritis ini perlu di
tumbuh-kembangkan dalam tubuh pemilih pemula. Ujung ahir dari sikap kritis tersebut
bermuara pada pilihan yang cerdas dan berkwalitas pada pemilu 2014.
Pemilih
pemula siapa dia?
Secara
politik , pemilih pemula selalu menjadi incaran partai politik dalam setiap
perhelatan akabar lima tahun. Hal ini bias di pahami Karena :
Pemilih muda atau pemilih pemula, merupakan potensi suara yang
patut di pertimbangkan untuk di bidik oleh partai pada pemilu 2014. Kelompok
ini belum mempunyai jangkauan politik yang cukup kuat sehingga membuka peluang
yang sangat besaruntuk di rangkul oleh partai politik manapun3.
Ini
mengisyaratkan betapa pentingnya eksistensi pemilih pemula ini bagai partai
politik. Selain itu, pemilih pemula di gambarkan sebagai pemilih yang belum
mengenal dunia politik. Dengan gambaran itu maka menjadi wajarlah apabila menjadi
target parpol di pemilu 2014.
Pemilih pemula adalah golongan penduduk usia 17 tahun hingga 21
tahun namun ada definisi yang lain yaitu pemilih pemula adalah mereka yang
berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Atau pemilih pemula ini adalah
mereka yang baru akan mempunyai pengalaman pertama kali di dalam mencoblos pada
pemilu 2014 4.
Point
penting dari definisi di atas adalah menempatkan pemilih pemula sebagai
pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Bila di ringkas akan berbunyi : pemilih
pemula adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja
muda yang berumur 17 tahun hingga 21 tahundan belum pernah ikut mencoblos dalam
pemilu. Pemahaman ini senada dengan UU NO. 10 tahun 2008 tentang pemilu
menyebutkan bahwa warga Negara yang sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah
berhak ikut memilih (pasal 19 ayat 1).
Regulasi ini memberikan pijakan dan batasan tentang sosok pemilih
pemula. Batasan ini melegalkan pemilih pemilu dalam pemilu. Senapas dengan itu
bila di lihat animo pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu sangat
tinggi. Sebagai contoh dalam jajak pendapat yang di lakukan kompas menyebutkan
bentuk partisipasi apa yang ingin anda lakukan dalam pemilu mendatang? Jawaban
atas pertanyaan ini terangkum pada table 1.
Table 1
Bentuk partisipasi dalam pemilu mendatang
Kelompok Usia
|
Prosentase
|
Usia 17-21
|
86,4
|
Usia 22-29
|
81,3
|
Usia 30-40
|
81,6
|
Usia 40- Keatas
|
79,3
|
Kompas, 1 Desember
2008
Pemilih
pemula dalam bingkai Demokrasi.
Jaminan hukum sebagaimana yang diatur dalam UU pemilu bukan lahir
secara tiba-tiba. Tetapi, jaminan itu bisa di lacak dari Deklarasi Hak asasi
manusia (HAM). Pasal 21 ayat 1 yang menyebutkan setiap orang mempunyai hak
untuk memberikan andil dalam pemerintahan di negerinya masing-masing, baik
secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya yang di pilih secara bebas
Penjelasan
ini di implementasikan dengan baik oleh pemerintah dengan memberikan ruang
partisipasi bagi warga Negara yang sudah dewasa untuk memilih anggota parlemen
maupun eksekutif.
Pemberian
ruang partisipasi ini merupakan jaminan hak politik bagi seseorang. Di dalam
system pemilu yang demokrasi pilihan politik seseorang di beri kebebasan untuk
memilih yang sesuai dengan hati nurani. Atau dalam bahasa jhon locke : setiap
orang mempunyai hak yang sama pada kebebasan memilih. Jaminan kebebasan memilih di junjung tinggi
dalam pemilu di dasari oleh pemikiran bahwa ada kesamaan hak memilih pemimpin
atau para wakil rakyat merupakan roh demikrasi. Selain itu dalam system pemilu
di kenal sisten one voice onevote satu orang satu suara. Artinya
mendudukan kesamaan nilai dan bobot seseorang . jadi system pemilu yang
demokrasi adalah memang benar-benar di arahkan benar-benar berorientasi kepada
tegaknya kedaulatan Rakyat5.
Pemilih
cerdas : tugas pemerintah dan KPU/D
Tugas pemerintah.
Secara sederhana ada tiga hal yang menjadi tugas pemerintah dalam
membangun pemilih pemula yang cerdas pada pemula pemilu 2014, pemerintah perlu
tegas dengan mengatakan pemberian suara/ memilih merupakan kewajiban. Adapun
yang bisa di lakukan adalah pertama, pemerintah harus mewajibkan warganya untuk
ikut serta dalam pemilu. Hal ini sudah lama di lakukan oleh Negara di
Australia. Kedua, harus ada usaha mewajibkan orang-orang menggunakan hak-hak
politik mereka dalam pemilu6.
Kedua hal ini sangat penting karena memahami politik adalah urusan
public. Karena itu, setiap warga masyarakat wajib mendatangi bilik suara dan
memberikan hak politiknya. Sebagaimana
jajak pendapat yang di lakukan oleh kompas pada pemilu 2009 yang lalu, jajak
pendapat kompas menanyakan : Apa motivasi pemilih pemula untuk ikut dalam
pemilu? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada tabel 2.
Tabel 2
Motivasi pemilih pemula ikut dalam pemilu 2009?
Indikator
|
prosentasi
|
Menunaikan kewajiban sebagai warga Negara
|
67,4
|
Memenangkan salah satu parpol
|
11,8
|
Ingin punya pengalaman
|
9
|
Sekedar ikut-ikutan
|
0,9
|
Lain-lain
|
8,6
|
Tidak tahu
|
2,3
|
Kompas, 1 Desember
2008
Dari tabel di atas sudah terbukti jika antusiasme pemilih pemula
menggunakan hak politiknya pada pemilu menduduki peringkat pertama. Ini adalah
fakta menarik. Tugas pemerintah selanjutnya adalah perlu menjamin bahwa pemilu
2014 akan berjalan sesuai dengan asas LUBER dan demokrasi. Dengan jaminan
pemilu yang demikratis, di harapkan pemilih pemula menggunakan hak pilihnya
secara baik. Asumsinya adalah
menggunakan hak lebih efektif untuk melakukan perubahan di bandingkan mengambil
sikap golput. Dengan menjatuhkan pilihan secara tepat, pemilu sebenarnya adalah
momentum harapan dimana merubah kontinuitas penguasa.
Tugas KPU/D
Dimana sososk pemilih pemuda yang cerdas sudah memiliki kapasitas intelektualitas yang ‘mumpuni’ dan mempunyai daya kritiis terhadap sososk dan kinerja partai politik
Ketiga,
pengaturan media massa dalam pemilu 2014. Hal ini sangat penting di lakukan
oleh pemerintah supaya bisa adil dan demokratis di dalam melakukan siaran
publik. Ini perlu di lakukan karena pemilih pemula akan sangat di pengaruhi
oleh isu-isu politik terkini dalam memberikan suara mereka pada pemilu 2014 ,
ketimbang memilih hanya berdasarkan atas perasaan setia atau loyalitas pada
partai tertentu7. Karena jikalau tidak maka di khawatirkan pada
pemilu 2014 partai politik akan berlomba-lomba menggunkan dan memanfaatkan
pengguna media massa secara efektif untuk memperoleh suara pemilih pemula.
Selain tugas pemerintah, KPU/D juga memiliki tugas dalam membangun
kesadaran politik pemilih pemula. Salah satu tugas KPU/D adalah melakukan
sosialisasi dan pendidikan politik kepada pemilih pemula supaya mereka paham
dengan politik dan mengerti soal pentingnya berpartisipasi aktif dalam pemilu
2014. Dengan harapan menghasilkan pemilih pemilu cerdas.
Selain itu, harus di adakannya program sosialisai dan pendidikan
politik kepada pemilih pemula perlu terus di tingkatkan intensitasnya supaya
masyarakat lebih cerdas di dalam menjatuhkan pilihannya.
Mengapa Demikian ? Pertama, pemantapan prosedur pendaftaran
pemilih. Mengidentifikasi agar semua warga yang sudah berumur 17 tahun atau
sebelum 17 tahun tetapi sudah menikah sudah mempunyai hak pilih. Kedua. Pemilih
secara sukarela mendaftarkan diri kepada lembaga penyelenggara pemilu
(KPU/D). keaktifan semua warga untuk
mendatangi lembaga penyelenggara pemilu 2014, artinya sebagai pemilih pemula
harus memastikan ada namanya dalam daftar pemilihan umum.
Kedua, karena pemilih pemula sudah paham soal politik, termasuk pemilu
yang akan di helat satu tahun ke depan. Bahkan pengetahuan mereka tidak jauh
berbeda dengan pemilih lainnya yaitu kelompok tua8.
Ketiga, pemilih yang cerdas di harapkan akan melahirkan wakil-wakil
rakyat dan pemimpin yang bertanggung jawab dalam kepentingan masyarakat9.
Pemilih
pemula yang cerdas adalah merupakan gambaran yang di tuku karena di harapkan
bias memberikan perubahan besar dalam pengisian pemimpin dan elit politik ,
baik di lembaga eksekutif ataupun legislative. Inila tugas berat yang harus di
emban oleh KPU/D ke depan.
Dimana sososk pemilih pemuda yang cerdas sudah memiliki kapasitas intelektualitas yang ‘mumpuni’ dan mempunyai daya kritiis terhadap sososk dan kinerja partai politik
Tiga
strategi menghadirkan pemilih cerdas.
Ø Program dan figure
Pemilu 2014 merupakan ajang pembuktian bagi politisi dan elit
pemerintahan di hadapan pemilihnya. Proses pembuktian yang di nanti-nantikan
pemilih pemula adalah kinerja para politiisi dan elit pemerintahan. Karena itu, pada pemilu kali
ini mereka di tuntut untuk melaporkan apa yang telah di perbuat kepada pemilih
selama menjadi elit pemerintahan. Pelaporan kinerja merupakan bentuk
pertanggungjawaban yag paling esensial kepada pemilih. Pertanyaan adalah apa
yang dilaporkan dan di pertanggung jawab kan ? jawabannya tidak lain adalah program-program
yang pernah di tawarkan pada saat kampanye pemilu 2009. Dengan ini para
politisi di katakana akuntabel bagi para pemilihnya. Artinya pemilih akan
menilai bahwa mereka telah melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemilih
,dan kemudian memberikan kesempatan untuk duduk kembali pada pemilu berikutnya10.
Kesadaran seperti ini perlu di miliki oleh pemilih pemula. Dengan
kesdaran politik yang tinggi para pemilih pemula diharapkan akan memperhatikan
program dan melakukan penilaian yang kritis terhadap kompetisi masing-masing
partai dan kandidiat dalam memecahkan permasalahan.
Kombinasi antara penilaian program dan penilaian program dan figure
dalam menentukan pilihan politik pada pemilu 2014 merupakan kemajuan yang luar
biasa. Dikatakn demikian karena pada pemilu 2009 para pemilih pemula sudah
mulai merintis jalan ini. Artinya , dalam memberikan pilihan politiknya mereka
sudah mempertimbangkan popularitas individu/parpol, persoalan visi-misi.
Program dan janji-janji. Untuk jelasnya lihat tabel 3.
Tabel 3.
Pertimbangan dalam memilih partai politik
Indicator
|
Prosentase
|
Visi-misi, program dan janji-janji parpol
|
16,26
|
Citra tokoh partai dan lembaga partai politik
|
37,43
|
Alas an-alasan pragmatis
|
24,93
|
Alasan lain
|
14,23
|
Tidak menjawab
|
6,64
|
Kompas, 1 Desember
2011
Strategi kedua yang perlu di lalakukan dalam mengahdirkan pemilih
yang cerds adalah menjadi pemilu sebagai arena menghukum politisi politik.
Momentumnya adalah dengan menggunkan pemilu 2014 sebagai waktu yang paling
tepat untuk menghukum partai dan politisinya yang selama ini bermain-main dengan
nasib rakyat. Karena itu, salah satu tugas mulia para pemilih pemula adalah
menggunakan hak pilihnya secara cerdas
dan kritis. Pilihan cerdas dan kritis digunakan untuk tidak memilih politisi
dan parti politik yang tidak pro dengan rakyat. Hal ini menjadi pentng karena
mereka sangat berkuasa penuh dalam menentukan siapa politisi atau partai
yang layak di naikkan kepanggung kekuasaan, atau sebaliknya di depak dari kursi
eksekutif dan legislative 11.hal ini menjadi kekuasaan pemilih
pemula dengan cara menjatuhkan pilihan politiknya ke figure dan partai politik
yang benr-benar menyalurkan aspirasi Rakyat. Pada tataran yang lebih kongrit ,
kita sering mendengar bagaimana massa menghukum partai tertentu dengan
mengalihkan pilihan politiknya ke partai lain.
Politisi Busuk
Strategi terahir yang perlu dilakukan adalah memasifkan gerakan
atau kampanye anti politisi busuk dalan pemilu 2014. Hal ini menjadi penting
karenan gerakan politisi busuk ini amat relevan dalam system pemilu yang
berorientasi pada kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Karena itu, pemilih
pemula sangat d anjurkan untuk menandai nama kandidat yang termasuk kategari
politisi busuk. Daya kritis pemilih pemula sangat di anjurkan supaya pemilih
2014 sangat berkualitas.
Dan pelacakan literature di temukan enam tujuan dari gerakan
politisi busuk ini adalah Kertama, sebagai gerakan moral, sikap kritis
terhadap politisi mencerminkan kesadaran dan kepekaan mendasar yang amat
diperlukan dalam menyongsong pemilu 2014. Kedua , para politisi busuk
harus dienyahkan dari pilihan mereka yang terlibat korupsi, melakukan kejahatan
hak asasi manusia,merusak lingkungan hidup, melkaukan kekerasan terhadap
perempuan, dan menyalahgunkan narkoba12.
Ketiga, dalam jangka
panjang gerakan ini meningkatkan tekanan kepada parpol untuk tdak asal comot
dalam menominasikan kandidat. Seejauhini, proses seleksi calon senantiasa
dikaitkan dengan kepentingan mencari dana politik dan orang-orangang yang loyal
terhadap pmpinan partai sehingga mengabaikan proses demokrasi, mutu, dan
standar integritas moral
Dengan
kata lain, berakan politisi busuk mendorong demokratisasi internal dan
transparasi dalam pemilu partai guna menghindari terjadi korupsi politik dalam
bentuk membeli kandidat, yang mendistorsi partai menjadi kendaraan segelintir
orang berduit.
Keempat, membangun kesadaran kritis partai untuk keluar dari
pilihan-pilihan ynag bersifat irasional-komunal, tetapi berdasar ukuran masuk
akal seperti riwayat perilaku, inerja, afiliasi kepentingan, sdan sebagaimanya.
Selama ini pemilih dan konstituen senantiasa menjadi korban mobilisasi parpol
sehingga tidak kritis lagi terhadap kinerja parpol.
Kelima, dibandingkan dengan menjadi golput, gerakan ini lebih mendidik
pemilih. Minimal tidak hanya membangun sikap apripori tehadap partai atau
pemilih 2014. Harus diyakini, tidak ada partai sempurna, tidan semuakandidat
partai politik itu busuk 13.
Keenam, gerakan antipolitisi busuk bukan sekedar mencegah masuknya
politisi busuk, tetapi juga untuk menghalangi pembusukan politik. Pembusukan
politik dalm lembag politik yang baru lahir dan tumbuh, sama dengan memberi
racun kepada tanaman. Akibatnya, bukan hanya kematian begi lembaga-lembaga
demokrasi, tetap kehancuran legitimasi penyelenggaraan Negara14.
PENUTUPAN.
Menuju
pemilu berkualitas.
Bertitik tolak pada alur argumenta di atas maka sudah di pastikan
bahwa pemilu 2014 akan berkualitas. Kualitas pemilunya akan ditentukan pemilih
pemula dalam memberikan hak politiknya. Secara substansi ada emapat tolak ukur
yang bisa dipakai dan menentukan kualitas pemilu 2014. Pertama, pemilih
pemula yang terdidik dan berwawasan luas berharap supaya elit dan lembaga
politik yany ada mampu memenuhi harapan mereka. Kedua, pemilih pemula
yang akan memberikan hak politiknya pada pemilu 2014 merupakan pemilih
rasional. Berdasarkan proses evaluasi terhadap kinerja maupun tokoh yang di
sodorkan oleh parpol untuk memberikanmanfaat bagi kehidupannya, dan sendirinya
mereka akan berpartisipasi pada pemilu. Ketiga, pemilih pemula memandang
penggunaan hak politiknya akan memberikan manfaat bagi kehidupannya, dengan
sendirinya mereka akan berpartisipasi dalam pemilu .Kempat, pemilih
pemula merupakan salah satu komoditas politik, tentu saja untuk menarik suara
kelompok ini, organisasi parpol harus memberi perhtaian yang cukup dengan persoalan-persoalan
yang mereka hadapi15. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
- Muhtar, H.2012.peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam pemilu 2014.makalah di sajikan dalam seminar Nasional. Bem Universitas Brawijaya, Malang 30 Oktober
- Keith faulks, sosiologi politik: suatu pengantar kritis, Bandung: Nusamedia, 2010. Hlm.23
- David Beetham dan kevin Boyle, Demokrasi 80 Tanya Jawab. Jogjakarta:Kanisius, 2000. Hlm.75
- M asfar, Esai-esai seputar pemilu 2004.surabaya:Eureka dan pusdemham, 2005.hlm.40
- Riswanda Irawan, Anslisis Hasil pemilu 1992 di Indonesia, Jogjakarta: fisipol-UGM, 2003.hlm.61
- Indra pilian “politisi busuk dan pembusukan politik” kompas, 1 Desember 2008 hlm.4&11.
0 comments:
Post a Comment
Silakan Berkomentar sesuka Hati Anda Demi Kelancaran Kami Membangun Blog Ini.